fbpx
Montessori, Review Buku

Belajar Jatuh Hati Pada Montessori 

Sekolah Montessori kini mulai muncul di banyak tempat. Mungkin orang mengira, Montessori adalah franchise sekolah dari luar negeri. Faktanya Montessori hanyalah sebatas metode dan filosofi pendidikan yang dikembangan oleh Dr. Maria Montessori dari Italia pada tahun 1901. Salah satu hal yang dipercayai dalam Montessori adalah, anak-anak membutuhkan kegiatan yang bermakna, yang tidak hanya untuk menyalurkan energi yang dimiliki anak-anak namun agar merasa bermanfaat dan berharga. Hal ini membuat penulis, yang merupakan guru pendidikan anak usia dini (PAUD) tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Montessori.

Montessori Untuk Usia Dini

Setelah mengawali bab pertama dan kedua dengan penjelasan singkat mengenai Montessori dan bagaimana awal mula perkenalan penulis dengan itu, bab ketiga membahas tentang pentingnya enam tahun pertama usia anak. Mengapa enam tahun pertama sangat penting?

Penulis memantik pembaca dengan kisah yang banyak kita temui disekitar kita, di mana orang tua berkata ke anaknya, “ayah ibu kerja buat kamu supaya bisa masuk SMA favorit dan lanjut kuliah di universitas terbaik.” Padahal apa yang terjadi di masa depan yang dipengaruhi oleh apa yang terjadi saat ini. Hingga usia enam tahun, anak berada pada kondisi absorbent mind dimana anak mendapatkan pengetahuan dengan mencerna setiap informasi yang mereka terima dari lingkungan, baik secara sadar/conscious (0-3 tahun) atau tidak sadar/unconscious (3-6 tahun). 

Bab ketiga ini masih membahas dalam kacamata psikologi perkembangan anak secara umum. Pembahasan terkait Montessori dimulai di bab keempat dengan terlebih dahulu membahas, apa saja yang ditemukan oleh Dr. Maria Montessori di sekolahnya, Cassa de Bambini. 

Ada empat konsep utama dalam penemuan Montessori, anak bukan kertas kosong, ikuti anak, kebebasan dengan batasan, dan hormati anak. Pendidikan modern pada umumnya juga sejatinya memiliki keyakinan yang sama akan keempat hal itu, namun hanya saja perbedaan ada pada seberapa jauh penerapannya dalam proses pembelajaran.

Misalnya pada konsep kertas kosong dan ikuti anak, Montessori benar-benar meyakini bahwa setiap anak dilahirkan dengan bakatnya masing-masing. Tugas guru hanya memfasilitasi melalui berbagai stimulus, namun anak sendiri yang akan menemukannya. Di sekolah lain yang masih tradisional, guru masih berposisi sebagai orang yang lebih tahu, sehingga merasa tahu kemana anak harus dikembangkan. Tidak hanya guru, orang tua seringkali memaksakan kehendaknya sendiri atas dasar demi kebaikan si anak.

Selain keempat konsep utama di atas, ada sembilan konsep lain dalam Montessori. Banyak diantaranya, sebenarnya tidak unik pada Montessori saja seperti di empat konsep utama. Hanya pada sampai sejauh mana penerapan itu dilakukan yang menjadi pembeda. Satu hal yang mungkin unik adalah penggabungan usia. Untuk PAUD, kelas dikelompokan berdasarkan umur, yaitu 1,5-3 tahun dan 3-6 tahun. Hal ini berbeda dengan PAUD konvensional dimana anak dibagi berdasarkan umur yaitu umur 4 tahun di kelompok bermain, 5 tahun di TK-A, dan 6 tahun di TK-B.

Penggabungan kelompok umur di Montessori ditujukan untuk mengenalkan anak kepada dunia mereka yang sebenarnya dimana kotak-kotak pengelompokan menjadi sesuatu yang kabur di dunia nyata. Alasan lain adalah, pembelajaran kolaboratif akan lebih mudah terjadi karena setiap anak tidak berada dalam satu fase yang sama, sehingga satu anak bisa menjadi guru bagi anak lainnya. 

Lima Area Montessori

Jika anda sudah pernah ke sekolah Montessori sebelumnya, pasti anda akan terkagum-kagum dengan ragam mainan pendukung proses belajar anak. Dari hal yang lebih komplek, seperti permainan mencocokan bentuk benda dan tekstur, hingga ke piring dan gelas kaca yang biasa kita temui di rumah. Semua permainan ini saling terkait, tidak yang lebih remeh antara satu mainan dan yang lainnya. 

Seluruh mainan ini diwadahi oleh lima area dalam Montessori yaitu, Area Praktik Kehidupan Sehari-Hari, Area Sensorik, Area Budaya dan Ilmu Pengetahuan, Area Bahasa dan Literasi, serta Area Matematika. Penjelasan kelima area Montessori di buku ini sangat mendetail, termasuk menjelaskan beberapa mainan hingga bagaimana mainan itu bermanfaat bagi anak.  Misal dalam mencocokkan tekstur. Penjelasan dari bagaimana melakukan permainannya, bagaimana mempresentasikannya ke anak, apa manfaatnya, semua dijelaskan dengan cukup baik.

Lima area Montessori dan isinya bisa dibilang bagian inti dari buku ini. Selain menunjukkan kelengkapan penguasaan teknis Montessori dari penulis, bagian ini juga menunjukkan kesungguhan dari arti “kebermaknaan” dalam setiap aktivitas yang ada di Montessori. Setiap permainan mampu dijelaskan dengan lengkap, dan juga ada makna dari setiap permainan. Lebih dari itu, semua berada dalam satu wadah yang disebut Area Montessori, yang sangat erat dengan tahap perkembangan anak itu sendiri, baik secara fisik maupun emosi.

Tugas Guru Montessori

“…. we discovered that education is not something which the teacher does, but that it is NATURAL PROCESS which develops spontaneously in the human being. It is not acquired by listening to words, but in virtue of EXPERIENCES in which the child acts on his environment. The teacher’s task is NOT TO TALK, but to prepare and arrange a series of motives for CULTURAL ACTIVITY in a special environment made for the child.”

Di atas adalah kutipan dari Dr. Maria Montessori yang juga dikutip oleh penulis di bab tujuh buku ini. Montessori menggambarkan posisi guru sebagai orang yang menyiapkan lingkungan bagi anak, menghubungkan mereka dengan lingkungan, observasi dan evaluasi. Tiga hal ini adalah inti peran seorang guru Montessori. 

Memanfaatkan Konsep Montessori di Rumah 

Bab kedelapan hingga kesebelas membahas nilai apa saja yang bisa diambil dan diaplikasikan oleh orang tua rumah atau bahkan siapapun. Misalnya, penulis menyebutkan bagaimana Montessori bisa membantu para dewasa untuk berinteraksi secara positif kepada anak-anak. Hal karena dengan Montessori, orang dewasa bisa memahami perkembangan anak dan bagaimana anak-anak berbeda dengan dewasa dalam memproses informasi di lingkungannya. Selain itu ada beberapa panduan singkat dalam memilih sekolah untuk anak, bagaimana berpisah yang tepat dengan anak.

Secara keseluruhan, buku ini sangat menarik dibaca bagi anda yang ingin berkenalan dengan Montessori. Ditulis oleh seorang guru Montessori asal Indonesia dengan sertifikasi internasional membuat buku ini lebih mudah dipahami namun tetap memuat keaslian nilai-nilai Montessori yang sesungguhnya.

Informasi buku:

Judul : Jatuh Hati Pada Montessori

Penulis : Vidya Dwina Paramita

Penerbit : Bentang Pustaka

Tahun Terbit : 2017

Jumlah Halaman : 200 halaman

bukumontessorireview

Faisal N.H
Faisal N.H

Faisal adalah redaktur blog Millennia 21st Century Academy. Kegemarannya akan teknologi membuatnya selalu update dengan perkembangan ed-tech terkini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Privacy Settings
We use cookies to enhance your experience while using our website. If you are using our Services via a browser you can restrict, block or remove cookies through your web browser settings. We also use content and scripts from third parties that may use tracking technologies. You can selectively provide your consent below to allow such third party embeds. For complete information about the cookies we use, data we collect and how we process them, please check our Privacy Policy
Youtube
Consent to display content from Youtube
Vimeo
Consent to display content from Vimeo
Google Maps
Consent to display content from Google
Spotify
Consent to display content from Spotify
Sound Cloud
Consent to display content from Sound
id_IDIndonesian