Mendikbud Nadiem Makarim berencana mengusung computational thinking dan compassion dalam kurikulum. Apa sebenarnya computational thinking dan compassion itu? Mengingat dua konsep ini masing-masing memiliki area pembahasan tersendiri dan cukup banyak, artikel pertama ini akan membahas tentang computational thinking.
Apa itu computational thinking?
Konsep computational thinking merujuk kepada sekumpulan metode berpikir untuk memahami sebuah permasalahan yang kompleks untuk kemudian menyusun kemungkinan solusi yang bisa digunakan, lalu mempresentasikannya sehingga komputer, atau manusia, atau keduanya, dapat memahaminya.
Lebih lanjut lagi, BBC menambahkan empat teknik dalam computational thinking.
- Decomposition : membongkar permasalahan kompleks menjadi bagian yang lebih kecil.
- Pattern recognition : mencari kesamaan di antara dan di dalam masalah-masalah.
- Abstraction : fokus kepada informasi yang penting dan relevan saja, informasi yang tidak relevan diabaikan.
- Algorithms : mengembangkan langkah-langkah penyelesaian masalah, atau aturan-aturan yang harus dipatuhi untuk menyelesaikan masalah.
Ke empat teknik di atas adalah sebuah satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan sama pentingnya. Seperti halnya sebuah meja dengan empat kaki, semua kaki meja sama pentingnya.
Thinking Computationally
Berpikir secara komputasional tidak sama dengan programming dan juga tidak sama dengan berpikir seperti sebuah komputer, karena komputer sendiri tidak bisa berpikir. Contoh sederhana adalah ketika anda ingin pergi ke rumah teman yang belum pernah anda kunjungi. Anda kemudian mencari tau rute untuk menuju rumah teman anda. Dalam proses itu, anda akan menemukan beberapa rute seperti, rute terpendek, rute tercepat, dan rute di mana anda bisa mampir ke toko kue untuk memberi hadiah teman anda. Setelah menentukan rute yang akan diambil, kemudian anda mengikuti petunjuk arah untuk melalui rute tersebut. Dalam kasus ini, proses menentukan rute adalah computational thinking, sedangkan proses mengikuti petunjuk arah dari rute yang sudah ditentukan adalah programming.
Bukan Sesuatu yang Baru
Metode memecahkan permasalah komplek tentu bukan sesuatu yang baru. Bahkan sangat mungkin kita sudah melakukannya dalam kehiduan sehari. Computational thinking hanya mencoba menteorikan apa yang sudah manusia lakukan sejak lama. Apakah manusia menemukan computational thinking terlebih dahulu sebelum memenmukan komputer itu sendiri? Tentu tidak.
Misalnya, anda bersama sekelompok teman lama memutuskan untuk bertemu lagi setelah sekian lama di akhir pekan. Anda diminta untuk menentukan hal apa saja yang bisa dilakukan bersama-sama. Untuk menentukannya anda kemudian memikirkan beberapa pertanyaan:
- Apa saja yang sering kalian lakukan dulu?
- Tempat mana saja yang mungkin dikunjungi?
- Apa preferensi anda dan teman-teman anda?
- Berapa anggaran yang bisa dikeluarkan masing-masing?
- Apa yang tidak disukai?
- Apa yang tidak bisa dilakukan?
- Berapa waktu yang dimiliki?
Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan ini, anda akan lebih mudah menentukan kegiatan apa yang bisa dilakukan oleh anda dan teman-teman.
Kegiatan yang lakukan di atas adalah sebuah bentuk computational thinking. Anda telah melakukan decomposition, dengan memecahkan permasalahan besar menjadi permasalahan-permasalah kecil dan sederhana. Lalu anda melakukan abstraction, dengan berfokus pada data-data yang relevan, seperti lokasi dan cuaca di lokasi tersebut. Kemudian anda juga melakukan pattern recognition dengan menggunakan informasi masa lalu yang akan berulang, seperti informasi tentang kesukaan atau ketidaksukaan. Terakhir, anda melakukan algorithms dengan melakukan perhitungan apa yang akan anda lakukan berdasarkan langkah-langkah yang sudah anda tentukan berdasarkan data dan patern yang anda ketahui. Untuk membantu, anda bisa membuat program komputer berdasarkan data tersebut, sehingga anda bisa dengan mudah dan cepat jika mengulangi proses ini melalui komputer.
21st Century Skills
Seperti yang sudah bapak ibu tahu, 21st century skills terdiri dari 4C. Communication, Collaboration, Creativity, dan Critical Thinking. Computational thinking oleh banyak organisasi sudah dijadika sebagai C kelima. Dan sebagaiman keterampilan lainnya, ia tidak dilatihkan dalam satu kegiatan khusus namun menjadi ruh dari sebuah kegiatna bersama keterampilan lain. Hal ini berkaitan dengan penerapannya di sekolah.
Banyak sekolah mengganggap 4C harus diajarkan khusus melalui materi-materi ekstrakurikuler. Padahal 4C seharusnya terintegrasi dalam keseluruhan proses pembelajaran tersendiri. Begitu juga Computational Thinking, tidak bisa dijadikan sebuah materi ekstrakulikular tersendri, apalagi kemudian diwujudkan dalam bentuk ekstrakurikulan programming atau robotik. Kedua kegiatan ini memang erat dengan dunia computer science, namun tidak serta-merta melatih keterampilan computational thinking siswa. Hal yang perlu kita lakukan sebagai guru adalah bagaimana kita bisa memfasilitasi pembelajaran dengan menyajikan permasalahan kompleks yang harus mereka pecahkan dengan cara berpikir yang komputasional.
Faisal adalah redaktur blog Millennia 21st Century Academy. Kegemarannya akan teknologi membuatnya selalu update dengan perkembangan ed-tech terkini.